Selasa, 15 April 2014

Bait 1 (Ketika)


Kamis malam..
Ketika aku memasuki jeruji pagar di pinggir jalan
Ku jumpai angin kalangkabut kesiangan
Menghiraukan kedatangan tanpa membukakan pagar
Ia bergaya dan bersolek di depan kaca riasnya
Dipeganglah sisir dan mulai menyisir rambut klimisnya
Dikenakannya parfum wangi kasturi untuk pergi mengapeli rembulan kekasihnya

Ku jumpai perjaka yang tengah duduk di papan
Ia mengedap-kedapkan bulu matanya yang lentik di bawah neon
Ketika ia hendak berdiri memenuhi jajaran deret nan barisan
Tangannya yang penuh urat melenggang menaruh botol minuman
Kakinya yang hitam, kotor, dan dekil meletakkan sandal jepitnya

Ketika ia berlari mengitari lapangan bersama kawannya
Paving bergetar diikuti longsornya gundukan pasir bangunan
Kerikil semburat meninggalkan gandengan kawannya
Besi-besi berbaring bergetar diinjak puluhan tapak berjamaah
Getarannya berdawai seperti nada kecapi sumbang tuan Samir
Peluh mengundang keringat...
Tumpul-tumpul kaki derasnya menyebrangi alis tebal
Nafas bertalu naik turun..
Gambaran letih mengukur diameter bumi..

Ketika ia memainkan bunga rampai dengan luwes
Seperti lenggang tarian serimpi dengan tabuh gamelan
Rembulan melongo menampakkan mupeng wajahnya
Sang lintang meringis menampilkan gigi emasnya

Ia menajamkan manis rupanya dengan sandang putih dikenakannya
Kulitnya yang coklat seperti sawo matang di alan-alun sebrang
Celana merahnya kelombor dua kali lipat ukuran kaki
Gerilyawannya tergambar oleh goresan oli rantai sepedanya
Mengelir garis kuning celana yang tengah dirobekkan oleh kaitan ujung
Ia pesilat tanah Jawa..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar