Mengalir laksana air...
Memekik peluh di sela keheningan
Terjang keras selaksa nan mengendap dalam palung
nurani
Menafsir pekat di rimbun lunglai ilalang melambai
Namun, pematang tak izinkan ku berpijak di lini
ilalang
Ku coba samakan kemuning agar enggan terseleksi
Oh. . . . Ingin nya ku sandingkan pekat akan
benderangnya nurani
Ingin pula ku jamah jingga di kebaratan camar
Pernah ku tebah terikit di lini samudra nan
melintang halangi benderang senja
Ku dapati sampan yang kian berlabuh di peraduan ufuk
Debur samudra tak pernah jelangkan hasratku
Meski ombak enggan tercitra sakral berpadu menampar
gugusan karang
Menepis sumua benderang nan tercandra di cakrawala
jingga
Rembulan kian menyingsing jelangkan kepak kembara
emas
Buyar kan kepak nan gugur di gelagah
Namun semua laksana opera sebab mimpi tak tercandra
jua dalam arakan langit
Sebuah sendratasik menari indah beralas legam
Gantungkan sutra kelam yang kian bergelayut pada
sang pilar bertuah
Siluet itu terbang di hempas sang bayu hingga
sematkan kembali gelora perih dalam elegi sukma
Merasuk pudarkan nalar nan melancang membelit ulu
nurani
Melepas pasungan sayapku di atas lini lintas panjang
Menyentuh biduk dalam tabir bekuan sunyi
Laraikan silam nyata di tihang sampan
Ku terka kepak yang hendak menerbang ke hulu
Semua selaksa ilusi lenyaplah sudah. .
Terbidik oleh senap pemudar laskar sukma
Nan tlah genap hadir dalam fakta
Perlu ku sangkal gelaga ini tlah legam tertambat
kisah
Sakral terungkit di balik tabir purnama berkicau
Purnama istirah di balik arakan temaram nan tengah
mengintai diri
Terpotret di raut cakra tersemat lintang membasuh
alam
Tepiskan perihku di atas hamparan perdu
Nan jua terselip letih di atas ganggang memilu
Mimpikah ini?
Sebab semua terasa sukar
Membawa tanda tanya kebimbangan pada nalar
Meski rindu tlah rusak mimpi
Mengais laksana kail yang menjerat ufuk
Kejora di lini nuranimu kini tengah terajam oleh
rasamu
Menyeruak ke dalam sukma nan meregang di dada
Ah. . . Daku menyepi di lintas tanpa sudut
Terpaku di sekat legam buana
Terpatri dalam legam masa
Mematung di atas tungku nyala kehidupan
Daku menangis di cakrawala
Merintih tersengat perih tamparan karang
Elegi kalbuku tersenandung kini
Mencipta sebuah kidung yang mendenting aksara
Nan tak pernah hadir di mimpi
Mendulang syair dalam putihnya elegi
Bertalu kau ungkap itu..
Terunjuk citra akan syair legammu
Inginnya ku benderangkan akanmu
Ingin ku tampik temaram menyulutkanku
Ku coba kepakkan sayapku nan dulu kau pasung..
Karya : Bayu dan Renita
puisi yng indah
BalasHapusAlhamdulillah
Hapus