Kamis, 30 Mei 2013

Syair Legam

Mengalir laksana air...
Memekik peluh di sela keheningan
Terjang keras selaksa nan mengendap dalam palung nurani
Menafsir pekat di rimbun lunglai ilalang melambai
Namun, pematang tak izinkan ku berpijak di lini ilalang
Ku coba samakan kemuning agar enggan terseleksi

Oh. . . . Ingin nya ku sandingkan pekat akan benderangnya nurani
Ingin pula ku jamah jingga di kebaratan camar
Pernah ku tebah terikit di lini samudra nan melintang halangi benderang senja
Ku dapati sampan yang kian berlabuh di peraduan ufuk

Debur samudra tak pernah jelangkan hasratku
Meski ombak enggan tercitra sakral berpadu menampar gugusan karang
Menepis sumua benderang nan tercandra di cakrawala jingga

Rembulan kian menyingsing jelangkan kepak kembara emas
Buyar kan kepak nan gugur di gelagah
Namun semua laksana opera sebab mimpi tak tercandra jua dalam arakan langit
Sebuah sendratasik menari indah beralas legam
Gantungkan sutra kelam yang kian bergelayut pada sang pilar bertuah

Siluet itu terbang di hempas sang bayu hingga sematkan kembali gelora perih dalam elegi sukma
Merasuk pudarkan nalar nan melancang membelit ulu nurani
Melepas pasungan sayapku di atas lini lintas panjang
Menyentuh biduk dalam tabir bekuan sunyi
Laraikan silam nyata di tihang sampan
Ku terka kepak yang hendak menerbang ke hulu

Semua selaksa ilusi lenyaplah sudah. .
Terbidik oleh senap pemudar laskar sukma
Nan tlah genap hadir dalam fakta
Perlu ku sangkal gelaga ini tlah legam tertambat kisah
Sakral terungkit di balik tabir purnama berkicau
Purnama istirah di balik arakan temaram nan tengah mengintai diri
Terpotret di raut cakra tersemat lintang membasuh alam
Tepiskan perihku di atas hamparan perdu
Nan jua terselip letih di atas ganggang memilu

Mimpikah ini?
Sebab semua terasa sukar
Membawa tanda tanya kebimbangan pada nalar
Meski rindu tlah rusak mimpi
Mengais laksana kail yang menjerat ufuk
Kejora di lini nuranimu kini tengah terajam oleh rasamu
Menyeruak ke dalam sukma nan meregang di dada

Ah. . . Daku menyepi di lintas tanpa sudut
Terpaku di sekat legam buana
Terpatri dalam legam masa
Mematung di atas tungku nyala kehidupan

Daku menangis di cakrawala
Merintih tersengat perih tamparan karang
Elegi kalbuku tersenandung kini
Mencipta sebuah kidung yang mendenting aksara
Nan tak pernah hadir di mimpi
Mendulang syair dalam putihnya elegi
Bertalu kau ungkap itu..
Terunjuk citra akan syair legammu
Inginnya ku benderangkan akanmu
Ingin ku tampik temaram menyulutkanku
Ku coba kepakkan sayapku nan dulu kau pasung..


Karya : Bayu dan Renita

2 komentar: