Minggu, 23 Desember 2012

A I U E O

A lunan dawai melantun senja
I ringi raga menari bersama
U luran tangan mendekap manja
E nggan beranjak empat mata menatap
O leh waktu restui mencinta

Desir pasir dihepas sang ombak
Sapaan angin meliuk terbangkan kasih
Ratusan sayap membentang berlarian
Menuju sangkar, menggelap senja
Ku luap sayang seiring kelam mentari

Sesaat percikan hujan sadarkanku
MIMPI ?
Apakah semua ini mimpi ?
Tidak, tak mungkin senja menghilang ..
Kemanakah pantai dengan hempasan ombak ?
Di manakah angin dengan sapa mesranya ?

Ku liat puluhan kamboja gugur
Ciptakan wewangian duka lara
Pasir putih menjelma tanah merah
Tancapan batu kian semburat
Puspa 7 rupa bertabur indah
Di atas persemayaman ia tabur wewangian

Ini tak mungkin..
Mengapa aku terebah di atas nisanmu ?
Bukankah aku terebah dalam pelukmu ?

Tuhan,
Mungkinkah dapat kuliat senyumnya kembali ?
Akankah kurasa prahara pantai bersamanya ?
Bisakah sang waktu bersahabat denganku ?


#Pa. RAFD

Dear Diary (Usailah terangku)

Tersirat usang penuh debu nan kusam
Tak kulihat merah merekah dipaparan senja
Legam..
Semburat usang jadikan temaram
Citrakan gumpalan kertas yang tak ternilai

Angin semilir menyapa menyejukkan
Tiupkan paparan, usang menerbang
Kubuka papar merahnya perlahan
Kujelajah jemari menggores lembar
Ku pandang semua sudut kenangnya
Kurasakan dawai lampau masih terasa

Diary...
Kutanya engkau diam membisu
Kusobek raga, rapuh menerjangmu
Seberapa lama aku meninggalkanmu ?
Berapa banyak waktu terhitung abaikanmu ?

Tak lagi kupegang pena isikanmu
Tak lagi kuukir kisah curahkanmu

Diary...
Andaikata kau berkata
Andaikata kau tanya alasan
Inilah jawabanku..
Inilah akhir kisah dua anak manusia
Tertera jelas di akhir lembarmu
Jelasku sudah, pahamlah tanyamu

Usai sudah silam kenangan
Kututup memori akhiri cerita
Mengalirlah..
Hanyutlah engkau dalam derasnya
Biarkan ragamu rapuh ditelan usia

Usai sudah cerita..
Sad ending tlah mengakhiri..
Untukmu diary-ku..
Inilah ragamu telah sempurna terukir
Dengan sekata tanya, jelasku terlaksana


#Pa. RAFD

Usah kau sapa temaram (Untukmu sahabatku)

Langit keruh menggelayuti jagad
Temaram mengusik, angin menerjang
Puluhan bakau menari meliuk
Sandarkan risau dalam hempasnya

Terlihat insan terasing di tengah pasang
Bersandar pilu pada ombak
Terurai rambut terjamah semilir
Kebisuan nampak di tengah bayang
Tajamkan potret merenung nyawa
Terbesit satu pinta mengarah sungkawa

Ku tanya kau Mawar
Akankah kau lampiaskan pada ombak pasang ?
Ataukah pasrahmu isyaratkan semilir merenggut nyawa ?
Layangkan raga menerjang pasang
Mengungkap merana dihujung derita

Oh Mawar...
Semerbak nama laksana puspa nan harum
Ceriaku sirna bila kau merana
Terbuai aku bila kau menepi pupus

Sahabatku, Mawarku....
Tanyaku terjawab walau tak lukis kau risau
Kau layu,
Kau meronta arungi nestapa
Meratap nurani tertegun mengais

Mawar oh Mawar...
Terjangkan ke timur, mentari pagi menyinar
Tengoklah sisi, aku di sini
Usah kau siksa lara ratapi senyawa
Usah kau rasa pagi enggan sinarimu

Usahlah kau sapa temaram
Biarlah mendung menggelap kelam
Biarlah lara memburam kelabu
Yakinlah mentari siang menerjang
Sinarimu,ceriakanmu


# Pa. RAFD

Ternyata

Fakta raga terdiam memburu sepi

Terduduk kaku, tertegun tak bermakna

Kain merah melingkar membalut raga

Jua bintang melingkar hiasi leher



Lantunan kidung dihembus sang malam

Biaskan kegalauan berselang yang merajang

Terhitung sudah senja menjelma kelam

Temaram berbias kelabu tutupi kejora



Inilah aku, insan yang merana

Berbisik seorang tanpa berkawan



Sepi tak berbising

Hening tak bersenandung

Lirikan mata hitung nyawa yang melintas

Rasa beda kian menebar dilintas pikir



Laksana raga terhanyut ditelan ombak

Terbunuh kaku tanpa dihirau

Terhempas merajang karang, lara menerpa

Tak jua kedip arahkan pandang



Dimanakah jejakku melangkah ?

Inikah latar drama yang kuperankan ?

Mengapa semua tokoh berperan antagonis ?

Dan mengapa hanya aku penyandang peran protagonis ?

Seperti terasing di tengah liang persemayam

Selayak raga tanpa bayangan

Enggan terpotret nyawa di muka bumi

Melesat indah menerbang ke angkasa



Serahkan takdir, melontar di tengah pasang

Bertemu aku di tengah keganjilan menghadang

Gadis berbaju merah nan

bintang di leher

Terebah manis, di telan pasang


#Pa. RAFD

Rindu di atas dawai

Mendetak detik tersentuh waktu
Iringan senandung mengalun merdu
Jejakan langkah menghertak berlarian
Hampiri dawai mengarah tanya

Siapa gerangan pemetik senar ?
Siapa gerangan pelantun dawai ?
Mungkinkah engkau ?

Mata terpaku sesaat dawai isyaratkan
Terhenti senandung berdendang melantun
Sebuah sketsa dengan goresan pensil samar
Berdiri kokoh di lintas pandang
Berbingkai merah dengan laramu

Apakah aku menghayal ?
Jelas tak ada alunan dawai melantun
Jelas tak wujud pemetik senar bersenandung
Inikah rindu semburat akal sehat
Deskripsi malamku penuh khayal semu

Meleleh air di pelupuk mata
Menggenang deras di kedua pipi
Terjamah paras di atas putih
Samar tergores pensil engkau tersenyum

Malamku mengarah rinduku
Terbersit bintang melesat dan terjatuh
Tajam makna mengharap kejora
Aku ingin menjemputmu
Di tengah padang ilalang kudengar dawaimu


#Pa. RAFD

DARA

Lantunkan senandungmu di tengah benak ia berjalan

Melangkah sejauh mungkin ia berlari

Mengejar senja petang menggelap



Ia tersipu diterpa lirih gemercik hujan

Dingin mengais disekujur temaram dalam malamnya

Terbuai dalam pahitnya asmara

Rapuh menerjang, pucat menyapanya



Untukmu, pujaan hatinya...

Bukalah nurani tampunglah ia kembali

Ke dalam hatimu diantara kidung rasamu

Sebisa hati berpegang ketulusan



Dara..

Secantik nama selugu kepolosannya

Sepercik hujan basahinya berselang

Samarkan tangis tersirat hujatan gemercik

Mengalir lirih linari kedua pipi



Untukmu, belahan jiwanya...

Mampukah engkau membendung belas

Selipkan nurani menyentuh kalbu

Berbisik telinga mendengar suara kecewanya

Sanggupkah engkau butakan senyum manisnya ?

Terluka merana oleh sayat asmaramu

Menyeruak tangis dalam batinnya



Termenung ia dalam dingin purnama

Terselip luka memapar senyuman

Terucap kata yang enggan rawan untuknya

Untuknya sang gadis belia kaum hawa

Pertama dan terakhir rasakan gejolak asmara

Diawal dan diakhir bait tersipu disayat cinta



#Pa. RAFD

M F A

"M F A"

M endekap raga diambang kerinduan
F lamboyan gugur tepiskan kegalauan
A saku merana bersandar pilu

Andai kau tahu ?
Nasib kejora kian benderang di tengah temaram
Biaskan pancaran cahaya di setiap sudut terangnya
Lantunkan kekidungan semilir angin menyapa
Isyaratkan jemari menari di awan
Menarik bintang satu demi satu
Merangkai kata huruf demi huruf

Akankah terfikir olehmu ?
Semburat bintang menjelma sebuah kata
Ya...
Jemariku dalang semua ini
Mengusil menari membekas namamu

Mungkinkah kau tahu ?
Nuraniku mendongkrak pikiran
Tak mampu rasa tepis kerinduan
Kerinduan yang tak pernah terbalaskan

Sadarkah engkau ?
Akulah pengagum ragamu
Sedetik kutak mau alihkan pandang darimu
Kaulah aura sandaran hati
Tak ingin kulepas mimpi memelukmu
Tak mampu kulepas hasrat milikimu


# Pa. RAFD